Senin, 25 Oktober 2010

Louis Tandean

Kunci Sukses : 95 % Impian, 5 % Teknis –> Succes Story Pak Louis Tandean

Sempat bergabung dengan beberapa perusahaan MLM, Louis Tendean akhimya memilih dan fokus menjalankan bisnis MLM Tianshi. Kini dia tercatat sebagai 2 star diamond gold lion, posisi yang paling tinggi untuk Tianshi di Indonesia.

USIANYA terbilang masih muda, 31 tahun. Tak heran jika semangatnya terlihat masih menggebu-gebu. Apalagi kalau bicara soal MLM yang digelutinya, Tianshi (PT Singa Langit Jaya), Louis Tendean bisa betah berjam-jam menjelaskan bisnis itu kepada lawan bicaranya atau down line-nya yang ingin tahu Tianshi, termasuk soal rahasia suksesnya.

Dengan jenjang posisinya saat ini, 2 star diamond gold lion, bapak satu anak ini bisa menikmati kemewahan yang selama ini banyak didamba orang, seperti rumah mewah, mobil mewah, ataupun berkali-kali berlibur ke negara lain. Hebatnya lagi, jenjang 2 star diamond gold lion adalah posisi tertinggi untuk distributor Tianshi di Indonesia. Asal tahu saja, di posisi diamond gold lion, ada lima bintang yang harus dilalui distributor Tianshi sebelum dia meraih posisi paling puncak: director. “Sebenarnya jenjang saya ini tertinggi di Asia Tenggara. Sedangkan istri saya, Verawati Hartono, justru nomor satu di Indonesia. Dia sudah 1 star diamond gold lion,” jelas pria kelahiran Bandung, 6 Oktober 1974 ini kepada WartaBisnis.

Tentu bukan perkara mudah bagi Louis meraih semuanya itu. Bayangkan, dulu dia hanyalah anak muda yang ingin bekerja sekadar membantu “asap dapur” orang tuanya. Apalagi ketika itu musibah kebakaran menimpa rumah orang tuanya di Bandung. “Kami harus mulai dari nol lagi. Makanya saya harus berpikir cepat bagaimana caranya mencari uang untuk kelangsungan hidup kami. Kebetulan ada ternan yang menawari bisnis MLM, yang katanya mudah dilakukan clan cepat kaya. Maka saya pun bergabung dengan MLM itu,” cerita pria yang sempat kuliah di Jurusan Teknik Industri Universitas Maranatha, Bandung ini.
Lebih dari sarti MLM diikutinya, tapi hampir semuanya berakhir dengan kegagalan, “Ada yang pendirinya meninggal, lalu perusahaan itu bubar. Ada yang dibeli perusahaan lain, terus caranya jadi berubah. Ada yang terimbas krisis moneter dan sebagainya,” ungkap Louis yang setelah itu enggan mencari uang lewat bisnis MLM.

Bungsu dari lima bersaudara ini lalu memutuskan berbisnis konvensional, dari mulai menjual panci, teflon, VCD, sampai HP dengan cara door to door ataupun pameran. Tapi hasilnya tidak seberapa. Malah dia merasa tertekan karena belum mampu memberi yang terbaik buat orang tuanya. Nah, di saar itulah temannya mengenalkan Muhammad Trisulo kepada Louis. Dua orang ini lalu menawarkan dan bergabung ke Tianshi, bisnis MLM asal China yang ketika itu (tahun 2000) baru membuka jaringan di Indonesia. Namun karena merasa trauma dengan MLM yang penah diikutinya, Louis dengan halus menolak ajakan itu.

Tak putus asa, Trisulo sendiri berkali-kali menyambangi Louis ke Bandung. “Berbulan-bulan saya berusaha menghindar dari dia. Ibaratnya saya ini jaim (jaga image, Red). Tapi, pelan-pelan ego saya akhimya runtuh juga sarna bujukan dan persuasi dia. Maka, akhir 2001 masuklah saya ke Tianshi,” papar pria yang kini menetap di Resort Dago Pakar, Bandung. “Awalnya tak serius menjalankan bisnis ini. Tapi bermula dari pengalaman akan produk makanan kesehatan Tianshi yang bagus dan orang-orang yang saya sponsori makin tarnbah semangat, akhimya saya berusaha menjalankan bisnis itu dengan serius,” sambungnya.

Kini hasilnya memang menakjubkan. Down line-nya kini sudah berkembang sampai 500 ribu orang yang tersebar tak hanya Indonesia, tapi juga Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Australia. Penghasilannya? Wow, sudah ratusanjuta rupiah sebulan. Dengan penghasilannya seperti itu, dia kini bisa memiliki beberapa mobil dan hunian mewah, yang sebagian didapatnya dari bonus sebagai distributor sukses di Tianshi. “Di Tianshi, distributor sukses bisa mendapat mobil BMW gratis, selain kapal pesiar dan pesawat (yang kedua terakhir ini dalam bentuk cash money, Red.),” ungkap Louis yang kini sering menunggangi mobil hasil jerih payahnya, BMW 645 ci.

Louis yang grupnya kini punya pusat pelatihan distributor sendiri bemama Unicore, berharap dia bisa meraih posisi puncak sebagai director dalam beberapa waktu mendatang. “Bisnis MLM adalah bisnis jaringan. Makanya, untuk menuju kesuksesan, kami hams bekerja bersama-sama, tak bisa sendiri-sendiri,” tandas pria yang punya moto bisnis MLM 95% adalah impian dan sisanya 5% adalah teknis. Agustman.

Sumber : Majalah Warta Bisnis Bulan Juli 2005

Untuk Indonesia